Senin, 19 November 2012

"Rangga dan Putri Embun"

      Di dekat sebuah hutan hiduplah seorang pemuda miskin. Rangga namanya. Ia tinggal sendirian di rumah kayu peninggalan orang tuanya. Rumah itu sudah tua, banyak bagiannya yang berlubang. Bila hujan turun, air akan menggenang di dalamnya. Rangga tidak punya cukup uang untuk memperbaikinya. Meskipun tidak memiliki uang, Rangga tetap saja malas untuk bekerja. Waktunya banyak dihabiskan untuk tidur. Padahal, orang tuanya juga mewariskan sebidang kebun selain rumah itu. Karena didiamkan saja oleh Rangga, Kebun itu menjadi gersang dan tandus.
     Pada suatu malam, Rangga terbangun karena mendengar ada seorang wanita memanggil-manggil namanya. Rangga mengikuti arah sumber suara itu sampai ke hutan. Disana ia berjumpa dengan seorang gadis cantik, pakaiannya putih bagaikan seorang putri jelmaan peri. "Siapakah kau??Kaukah yang memanggilku??''tanya Rangga. ''Aku putri Embun, memang aku yang memanggilmu.''jawab Putri Embun sambil tersenyum.
     Rangga jatuh hati melihat senyuman sang Putri. Mereka berbincang-bincang sampai menjelang fajar. Putri Embun pun bersiap-siap untuk pergi. ''Aku harus pergi karena sebentar lagi matahari muncul. Bila terkena sinarnya tubuhku akan meleleh.''kata Putri Embun.''Bisakah kita bertemu lagi besok malam dikebunku??''tanya Rangga berharap.
''Aku tidak bisa karena kebunmu gersang dan panas. Tubuhku tidak bisa berada di tempat seperti itu. Tanamilah kebunmu itu agar aku bisa datang kesana.''jawab Putri.
     Esok harinya Rangga mulai mencangkul dan menanami kebunnya dengan buah-buahan dan sayuran. Rangga rajin merawat kebunnya agar tanamannya tetap rimbun dan sejuk seperti keinginan Putri Embun. Sekarang Putri Embun sudah bisa datang ke kebun Rangga. Mereka berbincang-bincang pada malam hari sampai menjelang fajar. Siangnya Rangga bekerja di kebunnya.
     Pada suatu malam Rangga tertidur sangat pulas. Ia lelah bekerja seharian. Putri Embun memanggilnya berulang-ulang, tetapi Rangga tidak mendengar. Putri tidak dapat masuk karena ada sinar dan panas lampu di dalam rumah. Sampai menjelang pagi Putri terus menerus memanggil Rangga. Putri terlambat menyadari bahwa matahari telah terbit. Putri Embun menangis karena perlahan-lahan tubuhnya meleleh.
     Ketika bangun tidur, Rangga kaget mendapati bahwa hari sudah terang. Cepat ia pergi ke kebunnya. ''Putri Embun!''serunya. Namun, Putri Embun telah tiada. Samar terdengar suara Putri Embun:"Rangga, kau tidak bisa melihat wujudku semula. Tubuhku telah meleleh. Tapi butiran tubuhku akan dapat kau temui setiap pagi disini. Rawatlah kebun ini dengan baik.''pesan Putri Embun  tuk yang terakhir kalinya.
     Rangga menatap butiran air di dedaunan. Ia mengulurkan tangan mencoba Meraihnya. Rangga sangat sedih. Namun ia berjanji akan melaksanakan pesan Putri Embun. Kini ia telah menjadi pemuda yang rajin. Ia memperolah uang banyak dari hasil kebunnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar